CEO Talk PTPN I, Siwi Peni Ungkap “Trust” Sebagai Modal Utama
BANDAR LAMPUNG---Mengutip John C. Maxwell, Direktur SDM dan TI PTPN I Siwi Peni mengungkap tentang semua aspek kepemimpinan yang berhasil diawali dari kepercayaan atau trust. Ia mengatakan, puncak dari sikap moral seorang pemimpin adalah respek. Namun demikian, sikap respek itu akan tumbuh ketika seorang pemimpin secara pribadi dapat dipercaya dan percaya kepada orang lain.
Pernyataan itu disampaikan Siwi Peni saat menyampaikan materi kepemimpinan pada sesi CEO Talk kepada 30 asisten tanaman dan pengolahan PTPN I di Bandar Lampung, Sabtu (28/9/24). Pada pelatihan bertajuk “Enhancing Operational Excellence” yang difasilitasi LPP Agro Nusantara ini, Siwi Peni meminta semua pimpinan unit kerja untuk mengganti pradigma berpikir dan bertindak, bahwa kepercayaan adalah puncak reputasi yang dibangun dengan perjuangan sangat keras.
Sesi CEO Talk pada pelatihan ini menjadi agenda penutup yang menghadirkan beberapa nara sumber pimpinan unit kerja sebagai sharing session. Hadir pada kesempatan itu, Kepala Divisi Tanaman Karet PTPN I Subholding Supporting Co Hendra Putra, Kadiv. SDM dan IT PTPN I Hidayat, Kabag. SDM dan IT Regional 7 Ronald Sudrajat, dan beberapa staf lain.
Dengan pembahasan yang terstruktur, alunus Magister Management Fakultas Ekonomi UGM itu menyatakan, tanpa trust, seorang pemimpin capat atau lambat akan turun reputasinya yang pada akhirnya pasti tumbang. Ia juga menyebut penyebab utama hilangnya trust adalah karena manipulasi dan kebohongan.
“Kalau dalam Islam, setiap kita hidup ini adalah khalifah atau pemimpin. Minimal memimpin diri sendiri. Teman-teman asisten ini adalah pemimpin di unit kerjanya. Usahakan jangan berbohong. Sebab, berbohong sekali akan memaksa kita bohong lagi, bohong lagi. Karena, bohong itu awal dari hilangnya trust. Sementara, trust adalah modal utama,” kata Direktur PTPN XII 2020—2023 itu.
Secara tapis, Siwi membedah lima elemen kepemimpinan versi Maxwell. Dengan detail, setiap level dijelaskan dan ditarik beberapa contoh konkret untuk memastikan peserta paham tentang apa yang dimaksud dalam teori besar itu ke ranah operasional.
Meskipun bergaul dengan teori-teori besar, Direktur kelahiran 1070 yang memulai karir sebagai bankir dan telah memimpin beberapa PTPN ini juga mahir mengolah data lapangan dengan detail. Di komoditas karet yang menjadi domain Subholding Supporting Co, misalnya, dia mengkalkulasi neraca bisnis karet 20 tahun yang lalu dengan sekarang sangat jomplang.
Dalam cakupan yang lebih luas, Siwi Peni yang memang berbasis keuangan sempat mengkalkuasi berapa kontribusi seorang penyadap karet setelah bekerja selama 25 tahun. Angka ini dia asumsikan jika seorang pekerja rata-rata pensiun di usai 55 tahun. Angka lain yang dipakai sebagai faktor pembagi adalah produktivitas rata-rata penyadap setiap hari, gaji pokok, beberapa tunjangan, perhitungan inflasi, harga jual karet, dan beberapa elemen lain.
“Dalam hitungan saya, setiap karyawan penyadap yang mengerjakan lahan satu hanca, dengan produktivitas rata-rata 14 kilo gram per hari, dia menyumbang keuntungan kurang dari Rp1 juta per bulan. Itu setelah dipotong gaji dia sebulan dan biaya lain-lain untuk dirinya sendiri. Lah, dari mana uang untuk menggaji asisten, mandor, dan biaya lainnya,” kata dia.
Siwi Peni mengaku sengaja menyuguhkan angka-angka perhitungan sampai detail ke setiap penyadap agar setiap insan PTPN I memiliki kepekaan yang tinggi terhadap keadaan. Sebab, kata dia, sesuatu yang besar harus dikumpulkan dari sedikit-sedikit dan dari yang kecil-kecil.
Ia mengingatkan setiap asisten agar memahami kondisi perusahaan bukan secara global saja, tetapi sampai kepada peran setiap individu dalam mencapai target yang diinginkan. Sebagai seorang asisten yang merupakan unsur pimpinan di level Afdeling, kepekaan terhadap kondisi atau keadaan yang tidak ideal seharusnya diantisipasi.
“Jangan sampai kita tidak peka dan terlalu permisif terhadap setiap pelanggaran, setiap penyelewengan, dan hal kecil lainnya. Kalau manajemen sudah pasang target 22 kilo gram per hari per penyadap, ya dikejar terus. Sebab, penetapan RKAP pasti sudah mempertimbangkan potensi.”
Kepada para asisten dan seluruh elemen di PTPN I, Siwi Peni mengingatkan tantangan bisnis agro semakin berat dan rumit. Ia mengajak seluruh unsur pimpinan untuk mengelola perusahaan ini dengan sungguh-sungguh dan membangun kepercayaan atau trust yang tinggi. (*)